MUSEUM BATIK DANAR HADI


Museum Batik Danar Hadi


Koto Solo atau Surakarta merupakan sebuah kota yang lekat dengan unsur dan budaya Jawa. Bukan saja lataran keberadaan keratonnya yang masih ada sampai saat ini, melainkan Kota Solo sendiri sudah bertekad hendak melestarikan dan menjaga budaya Jawa. Tak salah jika kota yang memiliki slogan The Spirit of Java ini menjadi tujuan banyak wisatawan, baik domestik maupun manca negara yang hendak menyaksikan langsung budaya Jawa yang ada. Selain budayanya,

Kota Solo ini juga merupakan salah satu  tujuan tempat wisata belanja kain batik terkenal di Indonesia. Hal ini karena Solo memiliki sentra industri batik yang terkenal, seperti di Laweyan dan Kauman.

Batik Solo yang terkenal dengan pola serta corak tradisionalnya juga telah melahirkan beberapa tokoh penting di dunia perbatikan. Salah satunya yakni Bapak H. Santosa . Bagi anda yang pencinta batik, pasti akan mengenal merek dagang tersebut karena batik Danar Hadi dikenal memiliki kualitas tinggi, sehingga menempatkan batik pada jajaran tinggi di pasar nasional maupun global.

Sebagai karya adiluhung tanah air yang juga diakui UNESCO, Museum Batik Danar Hadi menjadi oase bagi kita yang sulit menemukan jejak-jejak sejarah batik. Museum Batik Danar Hadi berlokasi di dalam kompleks Ndalem Wuryaningratan, Solo.

Museum pun diresmikan oleh Megawati Sukarno Putri pada 20 Oktober 2000 dengan nama “Galeri Batik Kuno Danar Hadi” yang saat ini berubah nama menjadi “Museum Batik Danar Hadi”.
Museum Batik Danar Hadi tergolong sebagai salah satu museum batik terlengkap di dunia. Ada lebih dari 10.000 potong batik yang berhasil dikumpulkan dalam kurun 30 tahun lebih.
1.500 potong di antaranya diperoleh dari koleksi pribadi seorang kurator Museum Troupen, Belanda.

Tahun pembuatan batik-batik kuno antik ini adalah antara 1840-1910. Penataannya tertata rapi sesuai jenisnya. Ada Batik Belanda, Batik Cina, Batik Jawa, Hakokai, Batik pengaruh India, Batik Karaton, Batik pengaruh Karaton, Batik Saudagaran, Batik Petani, Batik Indonesia dan Batik Danar Hadi. Setiap tujuh sampai sembilan bulan sekali, koleksi-koleksi pajangan ini diganti.

Beberapa koleksi batik di museum ini (terutama batik-batik tua) rupanya dibuat bagi kaum waja dan bangsawan. Batik dengan motif-motif khusus tersebut rupanya dilarang dikenakan orang awam. Akibatnya, batik motif Parang Barong, Udan Liris, Semen Ageng, Semen Gurda dianggap sakral.

Koleksi-koleksi batik yang ada di museum ini pun sebagian diperoleh langsung dari empat istana di Solo dan Yogyakarta yakni Keraton Kasunanan Surakarta, Keraton Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran serta Pura Pakualaman.

Nah selain itu juga, Anda pun dapat menyaksikan aneka batik jenis lainnya yang unik, menarik dan bernilai sejarah tinggi. Salah satu contohnya adalah batik Snow White yang menceritakan kehidupan Snow White bersama tujuh kurcaci.

Di tempat ini,  juga anda dapat belajar dan belanja kain batik. Untuk mempelajari pembuatan batik, museum ini memiliki paket workshop pembuatan batik tulis satu warna selama lima hari.

Di dalam museum batik ini juga terdapat ruangan khusus yang berisikan berbagai koleksi batik Danar Hadi itu sendiri, serta silsilah keluarga besar Bapak H. Santosa. Inilah mungkin salah satu alasan kenapa kita dilarang memotret di dalam areal museum, karena terdapat beberapa corak batik khusus milik danar hadi yang takut jika dijiplak oleh orang lain.



Berikut  beberapa merupakan koleksi Batik di Museum Danar Hadi :

1. Batik Belanda


Meskipun bangsa Cina lebih dahulu ke Indonesia sebagai pedagang di Pantai Utara, namun pengaruh luar yang timbul lebih awal pada perkembangan batik ini adalah pengaruh dari Eropa/Belanda. Batik-batik Belanda mulai merebak pada tahun 1840, sedangkan Batik Cina mulai dibuat beberapa dekade setelahnya. Orang-orang Belanda/Eropa yang berdatangan di Pantai Utara mulai terlibat pada usaha batik pada pertengahan abad ke XIX dengan usaha batik dan menghasilkan batik-batik yang memberikan sumbangan besar pada khasanah batik di Indonesia. Masing-masing pribadi disamping kesamaan yang khas Eopa/Belanda pada batik-batiknya yaitu warna-warna dan ragam motifnya, juga mempunyai perbedaan tema motifnya. Batik Belanda mencapai puncaknya antara tahun 1890-1910. 

2. Batik Cina

Batik Pesisiran dengan pengaruh Cina bermula pada beberapa dekade setelah timbulnya Batik Belanda. Ornamen-ornamen yang menampilkan adanya pengaruh Cina pada Batik Pesisiran antara lain Ular, Singa, Naga, Burung Phoenix, Bunga-bunga khas Cina dan ornamen pada keramik-keramik Cina. Batik Cina menerapkan warna-warna yang dan juga warna pastel. Batik Dua Negri dan Batik Tiga Negri merupakan usaha pengusaha Cina untuk menampilkan jenis batik lain yang dapat menembus pasaran daerah Surakarta dan Yogyakarta,karena kain-kain jenis ini diproses didua daerah (Batik Dua Negri) atau tiga daerah (Batik Tiga Negri). Batik-batik dengan pengaruh Cina dijumpai di Pekalongan (Batik Oey Soe Tjoen atau Kedungwuni), Cirebon, Kudus, Demak.

3. Batik Kraton


Batik ini motifnya dipengaruhi oleh budaya Hindu, yang telah menyusup ke Kraton Jawa sejak abad ke V, dan budaya Islam yang masuk sesudahnya. Pengaruh Hindu menampilkan ornamen Garuda,Naga, Bunga Teratai, Pohon Hayat dan sebagainya. Sedangkan budaya Islam melarang bentuk manusia dalam wujud yang sebenarnya, sehingga dalam motif batik semua ornamen selalu merupakan bentuk yang distilir atau dalam bentuk lambang, misalnya bunga melambangkan wanita. Batik Kraton meliputi Batik Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Batik Pura Pakualaman dan Batik Pura Mangkunegaran. Gaya dari motif Batik Pura Mangkunegaran lain dari Kasunanan karena mengalami perubahan-perubahan/modifikasi dari pakemnya. Sedangkan Batik Pura Pakualaman mempunyai motif baik berasal dari Kasunanan maupun Kasultanan, semuannya diproses dengan babaran Surakarta.


4. Batik Danar Hadi


Perpaduan dari berbagai jenis batik yang dibuat oleh Bp. H. Santosa sejak tahun 1967, dan juga koleksi-koleksi batik lain yang dibuat oleh leluhur beliau, antara lain : Koleksi H. Bakri (Generasi I) adalah kakek buyut Bp. H. Santosa, koleksi R.H.S. Wongsodinomo (Generasi II) adalah Kakek Bp. H. Santosa, koleksi H. Hadiprijana, orang tua Ibu Hj. D. Santosa.

5. Batik Indonesia
 
Alam kemerdekaan memunculkan jenis batik lain yang disebut Batik Indonesia. Ciri khas dari batik ini adalah masih digunankannya motif tradisional meskipun dengan isen yang telah dimodifikasi dan diselesaikan dengan tehnik Batik Pesisiran yang menggunakan banyak warna disamping masih diterapkannya warna Soga. Dalam kelompok ini ada pula yang menerapkan motif yang lain sama sekali (motif ciptaan baru) yang diproses tradisional, sehingga lebih tepat bila disebut Batik Modern. Motif yang terkenal dari kelompok ini antara lain Cendrawasih, Sruni, Sandang Pangan, dan Udang. 

Bagi anda yang tertarik dan cinta pada batik bisa langsung kunjungi :
Museum Batik Danar Hadi

Alamat
Brigjen Slamet Riyadi 261, Surakarta 57141
Jam operasional: setiap hari pk 09.00 – 16.30 WIB

Telepon : +62 271-714326

Fax       : +62 271-714253

E-mail: museumbatikdanarhadi@yahoo.co.id
Website: www.houseofdanarhadi.com

Menuju ke sini
Dengan berkendara:
  • 20 menit dari Bandar Udara Adi Sumarmo
  • 20 menit dari Terminal Bis Tirtonadi
  • 10 menit dari Stasiun Kereta Api Solo Balapan


Koridor 1 (Bandara Adisoemarmo-Palur)
Bandara Adisoemarmo-Terminal Kartasura-Jl. Ahmad Yani-Jl. Slamet Riyadi-Jl. Jendera Sudirman-J;. Urip Sumoharjo-Jl. Kol. Sutarto-Jl. Ir Sutami-Terminal Palur.
Terminal Palur-Jl. Ir. Sutami-Jl. Kol. Sutarto-Jl. Urip Sumoharjo-Jl. Kapten Mulyadi-Jl. Veteran-Jl. Bhayangkara-Jl. Radjiman-Jl. Wahidin-Jl. Slamet Riyadi-Jl. Ahmad Yani-Terminal Kartasura-Bandara Adisoemarmo.

 postingan by : Hilda Mega Shantika, tim( daniel, dwi yulianti, rimas)


Previous
Next Post »
0 Komentar